Senin, 26 Januari 2009

Muhammad Ali


Muhammad Ali

Kombinasi kekuatan otot dan otak. kelincahan, serta hiburan

Kata Pengantar

Olahraga tinju menjadi perhatian besar masyarakat manakala lahir petinju dengan prestasi yang luarbiasa. Ada ratusan petinju yang telah menjadi juara dunia, termasuk beberapa dari Indonesia, tetapi hanya sedikit yang menjadi perhatian masyarakat. Kehebatan seorang petinju dapat digambarkan seperti tak ada petinju lain lain yang menyamainya, atau dia bisa mengadaptasi dan mengimbangi penampilan seorang petinju termasyhur pada masa lalu dengan baik. Tetapi walau bagaimanapun, memang tidak ada duplikat yang persis lahir pada waktu yang bebeda. Karena Tuhan menciptakan manusia dengan jumlah miliaran syaraf, pasti ada perbedaan diantaranya seperti sidik jari manusia yang tidak ada yang sama.

Majalah The Legend of Boxing pada edisi ini mengulas tentang beberapa petinju legendaris dunia, diantaranya Muhammad Ali, Joe Luois, Sugar Ray Robinson, dan Mike Tyson. Gaya bertinju dari Muhammad Ali memang ada miripnya dengan Sugar Ray Robinson dan Sugar Ray Leonard, tetapi karena Muhammad Ali bertanding di kelas berat, pasti pembawaan Ali tidak bisa seenteng penampilan Sugar Ray Robinson atau Sugar Ray Leonard. Tetapi yang paling bisa amat mirip adalah penampilan Sugar Ray Robinson dengan Sugar Ray Leonard, karena mereka bertanding di kelas yang sama. Ray Robinson menamatkan karir tinju amatirnya di turnamen Golden Gloves, sedangkan Ray Leonard menjuarai Olympiade. Kedua petinju ini memiliki rasa percaya yang tinggi, egonya juga tinggi. Tetapi mereka bertinju pada waktu yang berbeda dengan perubahan tehnis bertinju secara alami. Namun, yang pasti gaya bertinju mereka mirip.

Demikian juga tulisan tentang Rocky Marciano dan Mike Tyson, gaya bertanding mereka ada persamaannya, yaitu sebagai petinju dengan gaya fighter sejati dengan mengandalkan pukulan pendek. Keduanya termasuk petinju yang pendek untuk ukuran kelas berat, Tetapi karena mereka memiliki pukulan yang keras dan cepat dan dapat merobohkan lawan dalam sekejap menjadikan mereka istimewa dan ahirnya menjadi legenda

Dalam pertinjuuan nasional, kali ini kami mengajak pembaca untuk kembali pada dekade 70-an, disaat dunia tinju amatir kita prestasinya menjulang di Asia. Sedangkan tinju profesional Indonesia baru bangkit pada dekade 80-an disaat Ellyas Pical tampil sebagai juara dunia. Kami mengulas perjuangan petinju amatir pada dekade 70-an untuk menjadi pelajaran bagi petinju amatir kita masa kini. Sama seperti semua petinju legendaris dunia lainnya, prestasi mereka semuanya diawali dari ring tinju amatir. Selamat membaca.

Muhammad Ali

Melangkah bagai kupu-kupu, memukul menyengat seperti lebah

Pertandingan tinju biasanya menyuguhkan perkelahian yang keras dengan saling memukul untuk merobohkan lawannya secepat mungkin. Wajah keras dengan otot kekar mengkilap melontarkan ayunan pukulan dengan sekuat tenaga. Tetapi olahraga tinju yang lahir dari petinju Muhammad Ali sangat berbeda dengan petinju lainnya Gerakan bertanding menjadi indah dengan langkah yang ringan berkelit menghindar, melangkah enteng maju menyerang mendekati lawan. Tinjunya yang cepat meluncur menuju sasaran seperti tidak dengan dorongan emosi untuk merobohkan lawan. ”Catch me if you can “, jangkaulah aku dengan pukulanmu kalau kau bisa menyentuhku, kata Ali. Dengan langkahnya yang lincah Ali mundur berkelit menghindarkan pukulan lawannya atau kemudian Ali berkelit dengan menggerakkan badannya menghindarkan pukulan lawan. Pukulan lawan tak mengena, Ali langsung melepaskan pukulan balasan dengan cepat dan kena.

Muhammad Ali lahir 17 Januari 1942 di Luisville, Kentucky, Amerika Serikat dengan nama Cassius Clay, setelah memeluk agama Islam dia merubah namanya menjadi Muhammad Ali. Sama dengan para juara dunia yang sukses, Ali merampungkan karir tinju amatirnya dengan sempurna, dia merebut medali emas kelas berat-ringan (81 Kg) pada Olympiade Roma tahun 1960. Cassius Clay membuang medali emasnya kesungai karena dia mengalami keadaan yang masih membedakan pelayanan untuk kulit hitam dan lebih istimewa untuk kulit putih. Medali emas itu kemudian diganti oleh Komite Olympiade Internasional pada Olympiade 1996 yang ketika itu juga Ali menjadi pembawa obor Olympiade. Ali terjun ke ring tinju profesional mengikat kontrak dengan konsorsium pengusaha Kentucky, maka mulailah karir tinju prof Muhammad Ali dibawah asuhan pelatih bertangan dingin, Angelo Dundee.

Setelah delapan kali bertanding dengan kemenangan yang begitu meyakinkan, Ali mulai dipromosikan untuk menjadi juara dunia tinju kelas berat. Hanya Dough Jones yang bisa menahan Ali untuk bertanding 10 ronde. Melawan Henry Cooper di Wemble, London, Ali sempat dipukul jatuh oleh Cooper pada ronde ke-4 dengan hook kiri. Ronde ke-5, Ali memukul mata kiri Cooper hingga terluka dan dihentikan oleh wasit. Ali kemudian menunggu pertandingan kejuaraan tinju dunia antar Flyod Patterson lawan Sonny Liston. Patterson hanya tidak dapat menahan serangan Liston yang pukulannya amat keras dan harus menyerah pada ronde pertama. Sonny Liston adalah sosok petinju yang memiliki pukulan maut, petinju ini acap memangsa lawannya dengan kemenangan KO. Menghadapi Sonny Liston di Miami Beach, Florida, tanggal 25 Pebruari 1964 Muhammad Ali sebelum bertanding menyerang Liston dengan kata-kata untuk membuat Liston marah. Ketika pertandingan dimulai, Ali senantiasa menjauh dari Liston agar tidak mudah dijangkau oleh pukulan hook kiri dan kanan Liston yang amat berbahaya. Ali melepaskan pukulannya yang amat cepat, pukulan lurus Ali itu menyambar kepala dan badan serta bahu Liston. Pada ronde ke-7, Liston tidak mau bangkit dari sudutnya, Liston menyerah karena tidak bisa mengangkat tangan kirinya lagi akibat terus dipukul oleh Ali. Liston tidak puas dengan kekalahannya itu dan ingin tanding ulang. Keinginan Liston yang berjulukan ”beruang” dilayani oleh Ali pada tanggal 25 Mei 1965 di Lewiston. Muhammad Li memukul KO Sonny Liston pada ronde pertama.

Lawan Muhammad Ali yang paling tangguh selama kariri bertinjunya adalah Joe Frazier, Ali kalah angka dan sempat terjungkal akibat pukulan hook kiri Joe Frazier di New York tahun 1971. Joe Frazier bertanding lagi dengan Muhammad Ali tahun 1975 di Manila, persaingan kedua petinju untuk menang begitu ketat. Ali masih tampil dengan gaya bertinjunya yang flamboyan, mengandalkan kelincahan dan kecepatan serta ketepatan memukul. Pertandingan yang direncanakan berlangsung selama 15 ronde itu harus berhenti pada ronde ke-14 karena Joe Fraizer menyerah. Wajah Joe Frazier babak belur, staminanya terkuras, sehingga amat berbahaya jika dirteruskan. Ali juga kelihatan kelelahan, akan tetapi karena disokong oleh gerakan kaki yang masih lincah membuat dirinya tidak mudah dipukul oleh Joe Frazier. Partai pertandingan Muhammad Ali yang paling menegangkan adalah ketika berhadapan melawan George Foreman pada tahun 1974 di Kinshasa, Zaire. Menegangkan bagi Ali sudah pasti, tetapi amat menengangkan juga bagi anggota tim Ali, seperti pelatih Angelo Dundee dan manager Bundini. Perhitungannya pada waktu itu, Foreman memiliki pukulan yang amat keras dan kuat, Joe Frazier dipukul KO oleh Foreman sempat terangkat dan kemudian terhempas KO. Perhitungan dikalangan pertinjuan seperti menanti pada ronde keberapa Ali akan KO dipukul oleh Foreman yang lebih muda dan lebih kuat. Tidak ada yang memprediksi tehnik bertinju Muhammad Ali akan berubah, Ali akan bergerak lincah menghindar. Bisakah Ali mundur terus tanpa dapat terjebak oleh kurungan serangan Foreman. Semua pengamat tinju terhenyak dan tak percaya, Ali tidak tampil lincah, Ali tak melepaskan pukulan menyengatnya. Ali tersandar di tali ring dalam posisi bertahan membangun pertahanan double-cover untuk menahan serangan Foreman. Melihat Ali bertahan dan sesekali menunduk membuat Foreman bertambah semangat karena mengira Ali sudah takut duluan. Foreman mendorong Ali ke tali ring, Ali tersandar dan menerima pukulan hook kiri dan kanan Foreman pada bagian kepala dan badan. Tetapi sesekali Ali melepaskan serangan balasan agar terlihat oleh wasit bahwa dia masih kuat. Seperti tak ada perhitungan tenaga, Foreman terus menghujani Ali dengan pukulan hook kiri dan kanan. Dipenghujung ronde ke-7 Ali mencoba untuk mengetahi kekuatan tenaga Foreman dengan mengadakan serangan sporadis, ternyata tenaga Foreman sudah habis. Ronde ke-8 Ali membangun serangan beruntun, upper-cut kiri Ali mengangkat dagu Foreman yang tertunduk, setelah kepala Foreman terangkat, pukulan kanan Ali menghantam rahang kiri Foreman dan tak bangkit hingga hitungan 10. Keceradasan lawan kekuatan, kecerdasan yang menang. Ali menguras terlebih dahulu tenaga Foreman, setelah tenaga lawan tak ada, adakan serangan secepat dan sekuat mungkin.

Muhammad Ali hingga kini tetap menjadi legenda tinju dunia, bahkan legenda atlet dunia dengan segudang prestasi yang belum bisa dilakukan oleh petinju sesudahnya.Bertanding sebanyak 61 kali, menang 56 kali dan kalah 5 kali. Muhamad Ali diserang oleh penyakit parkinson sampai saat ini. Menurut para petinju dan pengamat tinju, pertandingan Ali terahir melawan Larry Holmes amat dipaksakan oleh Don King. Don King masih ingin mengeruk uang dari Ali yang sudah berusia 38 tahun dan tidak pantas berhadapan lawan Larry Holmes yang masih muda dan bekas sparring-partner Ali. Pertandingan Ali vs Holmes itu pula yang menjadi pemicu serangan penyakit parkinson yang kini diderita oleh Muhammad Ali

Daftar pertandingan kejuaraan dunia kelas berat yang dilakoni oleh Ali:

25 Pebruari 1964, lawan Sonny Liston, menang TKO ronde ke-7

15 Mei 1965, lawan Sonny Liston, menang KO ronde ke-1

22 Nopember 1965, lawan Floyd Patterson, menang TKO ronde ke-12

29 Maret 1966 lawaqn George Chuvalo, menang angka 15 ronde

21 Mei 1966, lawan Henry Cooper, menang THO ronde ke-6

6 Agustus 1966 lawan Brian London, menang KO ronde ke-3

10 September 1966, lawan Karl Mildenberger, menang TKO

14 Nopember 1966, lawan C. Williams, menang TKO ronde ke-3

6 Pebruair 19667lawan Erni Terrel, menang angka

22 Maret 1967 lawan Zora Folley, menang KO ronde ke-7

9 Maret 1971 lawan Joe Frazier, kalah angka

30 Oktober 1974, lawan George Foreman, menang KO ronde ke-8

24 Maret 1975, lawan Chuck Wepner, menang TKO ronde 15

16 Mei 1975, lawan Ron Lyle, menang TKO ronde ke-11

1 Juli 1975, lawan Joe Bugner, menang angka

1 Oktober 1975, lawn Joe Frazier, menang TKO ronde ke-15

20 Pebruari 1976, lawan J.P. Coopman, menang KO ronde ke-5

30 April 1976, lawan Jimmy Young, menang angka

24 Mei 1976, lawan Richard Dunn, menang THO ronde ke-5

28 September 1976 lawan Ken Norton, menang angka

16 Mei 1977, lawan Evangelistra, menang angka

29 September 1977, lawan Ernie Shavers, menang angka

15 Pebruari 1978, lawan Leon Spinks, kalah angka

15 september 1978, lawan Leon Spinks, menang angka

2 Oktober 1980, lawan Larry Holmes, kalah TKO rd ke-11



Tidak ada komentar: