Senin, 26 Januari 2009

Blackberry

Slide The Legend Boxing

Perjuangan yang Mustahil



Perjuangan yang Mustahil

Ia adalah salah seorang contoh manusia Indonesia yang berhenti di puncak prestasi. Siapa sangka peraih penghargaan Olahragawan Terbaik dari Pemerintah RI 1978 ini punya masa lalu yang pahit, sebagai bocah dengan tangan kanan yang lumpuh? Keuletan dan sikap religiusnya tercuat dalam perjalanan kariernya. Syamsul Anwar Harahap membagi kisah hidupnya.

"Awak petinju, tak?" tanya dokter yang memeriksa kesehatanku di Singapura. Dokter itu ragu, apa betul aku ini petinju. "Tangan awak begini kecil. Tak bolehlah main."

"Saya ini juara Indonesia. Saya ke sini untuk menjuarai turnamen ini."

"Ah, tak bisalah."

Itu terjadi pada 1971, saat aku mewakili Indonesia ke Singapura di Pesta Sukan. Alhamdulillah, berhadapan dengan petinju Selandia Baru, saya hajar dia dan menang. Petinju Malaysia, India dan Thailand, semua saya babat. Saya menjadi juara untuk kelas ringan 60 kg. Apa kata koran Sumatera Utara? "Orang yang tadinya berpenyakit polio menjadi juara."

Buatku semua ini tak lepas dari pertolongan Tuhan. Hal yang sampai sekarang selalu aku syukuri.

Minder. Waktu kecil aku tak berani bercita-cita. Menjadi orang terkenal, menjadi petinju, menjadi tentara, ah itu mustahil. Teman-temanku banyak yang bercita-cita masuk AMN (Akademi Militer Nasional). Tapi aku? Aku minder. Aku kerap dilanda keputusasaan karena penyakit polio yang menyerang tangan kananku, sejak berumur satu setengah tahun.

Waktu itu aku baru sembuh dari sakit. Ketika aku mulai bisa bermain dengan kawan-kawan, baru ketahuan tangan kananku tak berfungsi. Saat itulah bapak menumpahkan kekesalannya menyaksikan kecacatanku kepada ibu. "Gara-gara kamu, anak kita menjadi begini." Saya mendengar ungkapan seperti itu sampai aku duduk di bangku kelas tiga SMP. Bapak selalu menyalahkan ibu. Ibu tetap setia dan tabah merawat kami.

Saat duduk di bangku SMP, ibu membawaku ke mana-mana untuk diobati, tapi semuanya tak membawa hasil. Pernah aku dibawa ke Dokter Mahmud untuk menjalani terapi kejut, tangan kananku dipancing aktif dengan aliran listrik. Ini juga gagal.

Lepas dari SMP, aku memilih ikut paman, Parung Siregar. "Saya mau lebih maju. Saya mau ke Medan, ke tempat tulang (paman)," kataku kepada bapak, ketika beliau dipindahkan dari Pematangsiantar ke Tarutung. Sebagai anak kampung yang cacat, di kota Medan aku merasa makin rendah diri. Akibat perasaan itu rapor kuartal pertamaku hanya ada tiga angka biru, selebihnya "kebakaran". Kuartal kedua membaik, ada tujuh angka biru, meski angka lainnya tetap "kebakaran". Saat kenaikan kelas, hanya ada tiga angka merah. Naik kelas dua, aku bisa menjadi juara kelas, peringkat kedua. Sejak itu mulai muncul rasa percaya diri.

Tulang-ku adalah pemegang medali perak tinju Asian Games IV di Jakarta. Banyak anak muda yang berlatih padanya. Di rumah tulang aku hanya diberi tugas mengambil air atau peralatan bertinju. Kerjaku menyirami halaman agar tak berdebu. Selebihnya, aku banyak menonton anak-anak yang tengah berlatih. Tulang tak pernah menyuruhku berlatih. Aku pun tak pernah tertarik berlatih. Kan tidak mungkin.

Gara-gara Kesal. Tanggal 1 Agustus 1969 adalah hari ulang tahunku yang ke-17. Tapi di rumah tulang ini tak satu pun yang tahu. Timbul rasa kesal di hati. Malam itu aku ke belakang rumah, ke tempat latihan tinju. Kupukul sansak berulang-ulang. Gedebam, gedebum. Rupanya terdengar oleh tulang. Dari jauh ia mengamati. Katanya, pukulan dan langkahku bagus meski tak pernah berlatih.

"Sul, kau ini bisa bagus kalau jadi petinju."

"Ah, Tulang. Mana mungkin, tangan saya begini."

"Sul, kalau kita mau, gunung pun bisa kita geser."

Lantas kami ngobrol lama malam itu. Ia pun mengajariku cara melatih tanganku, menumbuhkan kekuatan. Diambilnya peralatan latihan, dumble, katrol dan segala macam. Aku cuma memandanginya. Ah, nggak mungkin, gumamku dalam hati. Perbincangan berakhir. Malam itu aku tidur tak nyenyak.

Ada perang batin dalam diriku. Aku lakukan atau tidak? Aku ingat cerita ibuku, kisah pemegang medali emas lari maraton olimpiade Roma (1960) dari Amerika Serikat. Namanya Whilma Rudolf. Whilma ini sebelum menjadi pelari, kaki kirinya mengalami polio. Ibu memotivasi aku, "Kamu harus bisa."

Besoknya aku masih ingat kisah itu. Kalau si Whilma bisa, mengapa aku tidak? Aku coba-coba berlatih. Kuangkat dumble dengan tangan kananku. Tak ada tenaga. Tanganku jatuh. Berulang-ulang alat itu terlepas. Ah, percuma. Ketika aku mulai putus asa, datang nenekku. Nenek memberikan dorongan. Keinginan untuk bisa bertinju, muncul lagi. Kali ini tak kubiarkan keinginan itu pupus. Terus, terus, dan terus kulatih tanganku yang lemah itu. Seharian aku latihan, esoknya aku mulai merasa pegal. Aku tetap latihan. Kupaksa tanganku terus bergerak. Dengan airmata berlinang aku berlatih, sampai otot tanganku kelihatan.

Sekitar sepekan kemudian tulang mulai melibatkanku latihan bersama yang lain. Aku patuhi semua program latihan yang dia sodorkan. Sungguh menyakitkan ketika melihat teman-teman berlari normal. Berkali-kali tangan kananku terjatuh lunglai kala kuberlari, sehingga mengganggu keseimbanganku. Aku menangis. Hatiku menjerit, "Tuhan, tolonglah hamba-Mu. Adillah Kau buat diriku, kalau aku tak bisa berlari, Kau tak adil." Kucetuskan tekad (nazar, Red.) dalam hatiku. Sesudah itu aku bangkit lagi. Meski tertatih, aku terus berlatih. Tangan kananku mulai bisa digerakkan meski tak selincah tangan kiriku. Memasuki bulan ketiga, tulang menyuruhku ikut pertandingan.

Pada 31 Oktober 1969, itulah saat pertama kali aku bertanding tinju. Aku bermain di kelas terbang. Lawan pertamaku bernama Khaerudin. Ketika aku melayangkan pukulan dengan tangan kanan, tyung, tangan itu jatuh. Begitu terus berulang-ulang. Pengalaman pertama itu sungguh berharga. Benar-benar kubuat pelajaran hingga aku berhasil merebut medali emas. Ini medali emas pertamaku.

Agustus 1970 ada pertandingan tinju Sumatera Utara di kota Tarutung. Kebetulan dari kota Medan tak ada yang mewakili kelas bulu. Aku pun diikutkan di kelas itu, cuma sebagai pelengkap. Sekadar memberi pengalaman padaku.

Ternyata aku berhasil mencapai final. Lawanku di final petinju yang baru kembali dari kejuaraan nasional di Makasar. Namanya Syarifudin. Aku sudah diperhitungkan kalah. Tim lawan kami terlalu kuat sehingga mustahil kami meraih juara umum. Nyatanya, lawanku yang hancur. Kalah telak meski untuk itu tanganku sampai berdarah. Saat itu di radio namaku mulai disebut. "Kejuaraan tinju se-Sumatera Utara juara pertama Syamsul Anwar Harahap." Itulah untuk yang pertama kali namaku melejit di kawasan Sumatera Utara.

Maka saatnyalah untuk memenuhi tekadku dulu. Sebenarnya tak enak aku mengungkapkan tekadku ini karena sebagian belum dapat kupenuhi. Yang sudah berhasil kupenuhi adalah membahagiakan orangtua dan menjalankan salat--karena selama ini salatku bolong-bolong. Sedangkan yang belum bisa kulakukan adalah berhaji.

Bukan Doa Kemenangan. Ketika aku masih kecil, keluargaku tinggal di kompleks yang dihuni sekitar 30 kepala keluarga. Di sana hanya ada dua keluarga muslim. Ibu menyuruh kami, anak-anak, keluar kompleks untuk belajar mengaji.

Bapak juga ketat dalam agama meski tak pernah menyakiti fisik anak-anaknya. Bapak selalu menasihati kami, tiang agama adalah salat. Tetaplah salat dalam keadaan bagaimanapun.

Tapi keluarga kami tak menabukan tinju. Kalau bapak pernah melarangku bertinju, itu karena tidak tega saja. Yang tertanam dalam hatiku adalah sportivitas berolahraga. Sehingga menjelang bertanding, aku punya doa tersendiri. Setelah membaca Al-Fatihah, aku berdoa, "Ya Allah, lindungilah aku, lindungilah lawanku. Jauhkan kami dari kecelakaan. Tunjukkah siapa yang menang dengan sebenarnya." Bukan doa minta menang, melainkan mohon keselamatan.

Olahraga mengajariku, kalu aku sukses setelah berlatih keras, itu wajar. Kalau aku tidak berlatih, terus aku berdoa minta kemenangan dan terkabul, bagiku Tuhan tidak adil. Masak, aku tidak latihan, lawanku latihan, kok aku yang menang?

Hikmah Disepelekan. Setelah perebutan Sarung Tinju Emas di Irian Jaya pada 1978, sebetulnya aku sudah mau menggantungkan sarung tinju. Karena sampai saat itu aku tak terkalahkan, lalu untuk apa menjadi juara lagi? Tapi keinginan itu belum bisa kuwujudkan. Beberapa pertandingan lagi masih kujalani. Akhirnya aku benar-benar pensiun bertinju setelah pertandingan pada 1983 melawan petinju Belanda. Tak terasa 14 tahun sudah aku bertinju. Cukup sudah.

Aku memutuskan berhenti karena ada hal yang menyiksa. Karena kita bertanding terus sama dengan pesta pora terus. Berpesta dalam pertandingan demi pertandingan. Setiap kita latihan, ada dorongan untuk mencapai target.

Pernah aku ditawar promotor Amerika bayaran senilai US$1 juta untuk tiga pertandingan. Pertandingan ketiga melawan Thomas Hearns, yang dulu pernah kukalahkan dalam pertandingan amatir. Aku tak mau. Aku sudah cukup bersyukur, ogah jadi petinju bayaran. Aku bersyukur telah merasakan sesuatu yang lebih dari uang. Maka itulah, aku tak lagi mau mencari uang.

Duit ini untuk apa? Bukankah paling-paling untuk bergaya. Dengan tampil sebagai manusia normal, itu lebih dari cukup. Aku membayangkan, saat kecil aku dicaci sebagai anak cacat, pada 1978 aku menerima bintang anugerah olahraga dari pemerintah. Allahu Akbar. Ketika dikumandangkan lagu Padamu Negeri, air mataku menetes. Ya Tuhan, saat aku kecil aku dihina karena cacat, kini aku diberi penghargaan negara sebagai orang perkasa. Aku diliputi keharuan. Bayangkan, dari disepelekan lantas dihargai negara sebagai orang perkasa, berprestasi. Begitu besar lompatannya. Untuk itu semua aku sangat bersyukur. Itu sudah lebih dari cukup.

Puasa, Luar Biasa. Berkenaan dengan bulan puasa ini, aku punya cerita yang menurutku incredible, ajaib. Saat mempersiapkan ikut kejuaraan Asia pada 1975, aku masuk Pelatnas tepat di bulan puasa. Selama berlatih, aku tetap puasa. Setelah latihan pagi, aku kehilangan bobot 1,5 kg. Antara pukul 8.00 - pukul 16.00, aku kehilangan bobot 0,5 kg. Setelah latihan sore, aku kehilangan bobot 2 kg. Total dalam sehari aku kehilangan empat kilogram per hari. Tapi anehnya, hal itu tak membawa pengaruh pada staminaku. Padahal dalam keadaan normal, sebentar berlatih aku biasanya langsung minta minum. Karena berpuasa, ada tekad menjalankan puasa sehingga meskipun kehilangan bobot aku tetap segar.

Sebenarnya, pengalaman seperti ini bukan hanya aku yang punya. Buat olahragawan muslim, berpuasa saat latihan biasa. Saat berbuka puasa, kembali lagi yang empat kilogram tadi.

Pada 1975 aku juga pernah bertanding pada bulan puasa. Pertandingannya sendiri berlangsung malam hari, tetapi siang harinya aku berlatih. Meskipun pelatih menyarankan agar aku tak berpuasa, aku tetap tak mau membatalkan puasaku. Kalau dipikirkan, apa yang kualami ini mengherankan. Tidak latihan saja jika tidak makan siang, kita merasa lapar. Apalagi berpuasa sambil menjalani latihan. Anehnya kok kami bisa tahan?

Sang Buldozer Ring

Namanya menjadi salah satu legenda dunia tinju nasional. Dalam karier bertinju selama 14 tahun, sejak 1968, beberapa kali ia menjadi juara pertama: Pesta Sukan Singapura (1971 dan 1975), Pakistan I-ABT Karachi (1976); juara Pesta Sukan Asia 1975 di Yokohama, Jepang, dan di Karachi, India 1977; juara Turnamen Piala Presiden RI sekaligus petinju terbaik 1976. Pada 1978 pemerintah RI menganugerahkan penghargaan sebagai olahragawan terbaik.

Syamsul Anwar Harahap, dalam 139 kali pertandingan yang pernah dialaminya hanya kalah 16 kali dan belum pernah KO. Lelaki kelahiran Pematangsiantar, 1 Agustus 1952 ini, karena prestasinya sampai dijuluki buldozer ring. Perawakannya sedang, tetapi gaya bertinjunya penuh perhitungan, pukulan-pukulannya efektif. Kecermatan membaca gaya bertinju lawannya, membuatnya segera paham kelebihan dan kekurangan lawan.

Sebagai anak yang mengalami cacat polio tangan kanannya semasa kecil, sebenarnya sang ayah, juru ukur Dinas PU Tarutung (Sumatera Utara) Bisman Harahap tak rela Syamsul menjadi petinju. Ayahnya tak tega Syamsul digebuki orang. Tapi sang ibu lebih tegar. Dalam persepsi ibunya, tinju itu olahraga. "Kalau kamu bisa maju dengan tinju, tinju takkan merusak kamu," kata Syamsul menirukan pesan sang ibu, Nauly Siregar. "Tanpa tinju, bocah yang masa kecilnya menderita polio, dengan tangan kanan lumpuh ini menjadi apa? Nothing," ujar Syamsul. Ketegaran sang ibu yang lahir di Johor dan besar di Singapura itu memompa semangat dan motivasi Syamsul.

Dalam karier seseorang, ada peristiwa yang menjadi legenda. "Legenda pertamaku adalah saat berhadapan dengan Thomas Hearn dari Amerika Serikat pada 1976." Thomas Hearn dikenal sebagai raja KO. Dia memukul KO petinju Jepang dalam 48 detik, petinju Singapura dalam 54 detik. Di final, dia berhadapan dengan Syamsul.

Sebagai petinju yang sejak dini sudah mempelajari teori dan prakteknya, Syamsul segera mengenal gaya permainan Thomas Hearn. "Yang terkuat, tangan kanannya. Tak ada yang bisa menahannya," kata Syamsul. "Aku sadar dan tak mau dipukul tangan kanannya." Makanya di atas ring ia terus bergerak mendekati tangan kiri Thomas. Kebetulan, Syamsul petinju kidal sehingga tangan kirinya bisa dengan mudah menyodok kepala lawan. Ia bisa memukul dengan telak, sampai dua kali lawannya jatuh. Meski tak sampai KO, ia bisa menang angka. "Foto pertandingan itu dimuat di Washington Post."

Sebagai petinju nasional yang sering menjadi juara, Syamsul banyak penggemar. Dan tentu, beberapa di antaranya singgah di hatinya. "Tapi akhirnya aku memilih perempuan normal, yang tidak glamor bahkan penuh kesederhanaan. Ketika kita tidak dalam kemegahan cinta sejati itu benar-benar muncul," ujarnya mengenai Eksi Woro Andayani, gadis Magelang adik kelasnya di Akademi Sekretaris dan Manajemen (ASMI) Jakarta.

Ia bersua sang kekasih saat berlibur ke Kintamani, Bali memenuhi ajakan direktur ASMI. Saat itu, Syamsul adalah salah seorang olahragawan yang memperkuat tim DKI Jakarta dalam PON IX 1977 di Senayan. Tim DKI Jakarta diteror penonton, sehingga pertandingan terpaksa batal, diteruskan esok harinya. "Esoknya, kami sebagai petinju DKI naik ke panggung. Tapi kami tidak mau bertinju dan lawan kami mendapat medali emas. Ada lima orang," ujarnya mengenang sikap tak sportif yang terjadi kala itu.

Di Bali, Syamsul berlibur bersama para mahasiswa ASMI yang sedang studi tur. Para mahasiswi ASMI itu ada yang mengajak berfoto atau meminta tanda tangan. "Ternyata ada satu gadis berwajah Jawa, tampaknya tak tertarik meminta tanda tangan atau berfoto bersama saya. Saya penasaran," kenang Syamsul.

Kawan yang dimintanya memperkenalkan mengatakan, si gadis yang dimaksud itu orangnya pendiam. Syamsul tetap saja ingin berkenalan. Justru kesederhanaan itulah yang membuatnya jatuh hati.

Pernikahannya dengan Eksi Woro Andayani ini bak menelan ludah kembali. "Soalnya, aku pernah bilang nggak bakal dapat istri anak ASMI. Habis, umumnya mereka itu, kalau dilihat tas yang dibawanya, gile. Dilihat sepatunya, gile. Datang pun antar jemput pakai mobil. Dengan gadis seperti itu, wow, cintaku tergadai." Nyatanya? Ada juga gadis ASMI yang memikat hatinya.

Kini, pernikahan dua sejoli itu dikaruniai empat anak. Setelah menggantung sarung tinju, Syamsul Anwar pernah menjadi karyawan Pertamina. Sejak 1984 ia menjadi manajer produksi PT Sepatu Bata (1984-sekarang) di Jakarta. Kolomnya tentang tinju mengisi sejumlah media massa. Dengan suara khasnya, ia menjadi komentator tinju di media elektronik.

Thomas “Hit Man” Hearns



Thomas “Hit Man” Hearns


Lahir di Memphis, Tennesse, tanggal 18 Oktober 1958, Thomas Hearns memulai karir bertinjunya di ring tinju pro pada tanggal 25 Nopember 1977, setelah dia mengalami kekalahan dari petinju Indonesia Syamsul Anwar Harahap dalam turnamen tinju Piala Presiden Republik Indonesia pada bulan Desember tahun 1976 di Jakarta. Sejak awal mengenal olahraga tinju, Thomas Hearns sudah berlatih di Kronk Boxing Club, Detroit, Amerika Serikat. Thomas Hearns dilatih oleh pelatih kenamaan yang banyak menata tehnik bertinju para juara dunia tinju, yaitu Emanuel Steward.

Keistimewaan Thomas Hearns yang membuatnya menjadi petinju legendaris dunia adalah kekerasan pukulannya yang sering membuat lawannya terjungkal. Kecepatan pukulan straight kanannya amat memukau sehingga sering tidak terlihat oleh lawannya. Sebelum tinju kanannya masuk menghajar kepala lawan, tinju kiri Hearns bekerja menganggu lewat pukulan jab atau hook secara aktip. Lawan sibuk dengan serangan tangan kiri Hearns yang berusahauntuk membuka ruang untuk melesatkan pukulan kanannya dalam tempo yang amat cepat. Setelah tangan kiri Hearns seolah membuat lubang, maka masuklah pukulan kanan Hearns yang amat keras dan biasanya lawannya terjungkal KO akibat pukulan tersebut. Karena sering memukul jatuh lawannya, Hearns mendapat julukan ”hit-man” si pembunuh.

Pada 26 kali pertandingan awal yang dilakukannya, dia memenangkan 24 kali dan langsung menjadi juara Amerika Serikat setelah memukul Angel Espada pada ronde ke-4. Tiga kali pertandingan berikutnya, Hearns merebut gelar juara dunia tinju kelas welter versi WBA dengan kemenangan KO pada ronde ke-2 atas pipino Cuevas. Setelah itu Hearns mempertahankan sabuk juaranya sebanyak 3 kali dengan memukul KO pada ronde ke-6 Luis Primera, memukul KO Randy Shields pada ronde ke-13 dan Pablo Baez pada ronde ke-4. Kemudian Hearns mendapat tugas untuk menghadapi Sugar Ray Leonard, Hearns diperdaya oleh Leonard sehingga kalah TKO pada ronde ke-4. Pertandingan Hearns vs. Leonard menghasilkan rekor penonton terbanyak pada waktu itu karena mereka berdua memiliki tehnik bertinju yang tinggi walau Leonard tampil lebih variatip. 3 Desember 1982 Hearns berhasil mengalahkan Wilfredo Benitez dengan angka dan merebut juara dunia kelas menengah-ringan WBC. Setelah itu Hearns mempertahankan gelarnya sekali dan berkesempatan memperebutkan gelar juara dunia sejati kelas menengah-ringan lawan Roberto Duran. Duran berhasil dipukul KO oleh Hearns pada ronde ke-2. Thomas Hearns ingin merebut gelar juara dunia di kelas yang lebih tinggi lagi, yaitu kelas menengah dengan melawan Marvin Hagler. Hearns gagal karena mengalami luka pada bagian matanya akibat pukulan Marvin Hagler. Gagal di kelas menengah, Hearns naik ke kelas berat-ringan melawan Dennis Andress dan memenangkan gelar juara kelas berat-ringan vesrsi WBC. Dengan sudah merebut gelar juara dunia pada 3 kelas yang berbeda, ada kesempatan buat Hearns untuk merebut gelar juara dunia ke-4 dikelas yang berbeda dengan mengalahkan Juan Roldan juara dunia kelas menangah WBC yang KO pada ronde ke-4

Thomas Hearns termasuk jangkung sekali di kelas welter, penampilannya yang lain dari pada yang lain membuatnya lebih populer dan pengagumnya menyebutnya ”Hit Man”, Dengan Marvin Hagler, Roberto Duran, dan Sugar Ray Leonard mereka adalah bintang ring tinju pada dekade 80-an.

Ellyas Pical


Ellyas Pical adalah petinju asal Indonesia yang merupakan juara dunia pertama dari Indonesia.

Masa kecil

Elly, begitu dia disapa, seperti rekan-rekan sebayanya di kampung, pada masa kecil adalah seorang pencari mutiara alami, yang menyelam sampai ke dasar laut untuk mencari mutiara alam. Karena seringnya menyelam saat kecil itu, pendengaran Pical agak kurang peka.

Awal bertinju

Pical jatuh cinta kepada olahraga tinju sejak menonton pertandingan-pertandingan tinju di TVRI, terutama pertandingan Muhammad Ali.

Pical telah menggeluti olahraga tinju sejak berusia 13 tahun, dengan berlatih sembunyi-sembunyi karena dilarang oleh kedua orangtuanya. Sebagai petinju amatir yang bermain di kelas terbang, ia kerap menjadi juara mulai dari tingkat kabupaten hingga kejuaraan Piala Presiden. Karir profesionalnya dimulai pada tahun 1983 dalam kelas bantam junior. Sejak itu, berturut-turut sederet prestasi tingkat dunia diraihnya, seperti juara OPBF setelah mengalahkan Hi-yung Chung asal Korea Selatan dengan kemenangan angka 12 ronde pada 19 Mei 1984 di Seoul, Korea Selatan. Atas kemenangan ini, Pical menjadi petinju profesional pertama Indonesia yang berhasil meraih gelar internasional di luar negeri.

Pukulan hook dan uppercut kirinya yang terkenal cepat dan keras itu, membawa Pical ke puncak popularitas. Oleh pers, pukulan tersebut dijuluki sebagai "The Exocet", merujuk pada nama sebuah rudal milik Perancis yang digunakan oleh Inggris yang dalam Perang Malvinas yang berkecamuk pada masa jaya Pical saat itu.

Kejuaraan dunia

Ia merebut gelar juara IBF kelas bantam yunior (atau kelas super terbang) dari petinju Korea Chun Ju-do di Jakarta pada tanggal 3 Mei 1985. Setelah mempertahankan gelar melawan petinju Australia, Wayne Mulholland, 25 Agustus 1985, Pical harus mengakui keunggulan petinju Republik Dominika, Cesar Polanco dengan angka di Jakarta. Namun Pical mampu bangkit dan membalas kekalahannya atas Polanco dengan balik memukul KO Polanco pada pertandingan kedua di Jakarta, 5 Juli 1986.


Sempat mempertahankan gelar melawan petinju Korea Selatan, Dong-Chun Lee, langkah Pical terhenti setelah menyerah dari petinju Thailand, Khaosai Galaxy dengan KO pada ronde 14, pada tahun 1987.

Setelah terjadi pergulatan batin berbulan-bulan karena depresi pasca kekalahan melawan Galaxy, Pical mampu bangkit dan merebut gelar IBF kelas bantam yunior kembali dari sang juara bertahan waktu itu Tae-ill Change, juga dari Korea Selatan. Gelar ini sempat bertahan sampai 2 tahun, hingga akhirnya Pical harus terbang ke Ronoake, Virginia, AS untuk mempertahankan gelar melawan Juan Polo Perez dari Kolombia, (4 Oktober 1989, dan Pical harus menyerahkan gelarnya setelah kalah angka.

Masa pensiun

Pasca kekalahan dari Perez, Pical sempat bertanding non gelar sebanyak 3 kali, hingga akhirnya ayah dari Lorinly dan Matthew Pical ini pun sedikit demi sedikit menyingkir dari ring tinju. Pical yang tidak sempat lulus SD ini kemudian bekerja sebagai petugas keamanan (satpam) di sebuah diskotik di Jakarta.

Sisi gelap

Ia ditangkap pada 13 Juli 2005 oleh polisi karena melakukan transaksi narkoba di sebuah diskotik. Penangkapannya sempat menuai kritikan dari berbagai pihak yang menyoroti tiadanya jaminan hidup yang diberikan pemerintah kepada atlet yang telah mengharumkan nama negara. Pical lalu divonis hukuman penjara selama 7 bulan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Pekerjaan kini & keluarga

Setelah bebas dari penjara, Pical diterima bekerja di KONI pusat, sebagai asisten ketua KONI, Agum Gumelar (catatan: ketua KONI sekarang: Rita Subowo).

Sepanjang karir profesionalnya, rekornya adalah 20 kemenangan (11 KO), 1 seri, dan 5 kekalahan. Dari pernikahannya dengan Rina Siahaya Pical, ia memperoleh dua orang putra: Lorinly dan Matthew, kini tinggal di perumahan Duta Bintaro, Kabupaten Tangerang.

Chris ''Dragon'' John

Chris John Bertanding di Houston, Texas, USA

Juara dunia tinju kelas bulu versi WBA dari Indonesia, Chris John, dalam posisi mempertahankan gelar dengan memilih lawan sendiri pada tanggal 28 Pebruari 2009 akan bertanding melawan Rocky Juarez dari Amerika Serikat. Chris John yang sukses memperthankan gelarnya sebanyak 10 kali baru pertama kali bertanding di benua Amerika dan khususnya lagi dibawah naungan promoter The Golden Boy Promotion milik Oscar De La Hoya. Untuk persiapan menghadapi Rocky Juarez, Chris John berangkat ke Amerika lebih awal menjelang pertandingannya, dengan maksud untuk mengadakan penyesuaian iklim bagi dirinya. Sehingga jika bertanding kelak kondisinya dapat prima.

Sang penantang, Rocky Juarez adalah pemegang medali perak Olympiade Atlanta, bertubuh lebih pendek dari pada Chris John. Petinju ini pernah bertanding sebanyak 4 kali untuk memperebutkan gelar juara dunia, akan tetapi semuanya gagal. Kegagalan Juarez untuk menjadi juara dunia karena lawannya memang jauh lebih baik dari dirinya. Diantara lawan yang pernah dihadapinya dalam perebutan gelar juara dunia tinju kelas bulu versi WBC dan IBF adalah Antonio Barrera dan Juan Manuel Marquez. Matang di tinju amatir, Rocky Juarez merasa yakin dapat berhasil juga di ring tinju pro. Tetapi kemudian dia mendapat kesulitan karena tubuhnya lebih pendek dari pada lawannya selama ini ditambah lagi bahwa memang lawan-lawannya adlah yang terbaik di kelas bulu. Keistimewaan Juarez yang terlihjat adalah pukulan kirinya yang cecpat dan rajin menyerang, padahal dia bukan kidal. Senjata penggangu dan pencari angka dan sekaligus sesekali menjadi penentu kemenangannya adalah pukulan hook kiri yang membentur dagu lawan. Tubuhnya yang pendek, lebih direndahkan lagi sehingga sulit untuk dipukul membuatnya sering sulituntuk diserang oleh lawannya.

Chris John yang selama 10 kali mempertahankan gelar juara dunia tinju kelas bulu WBA memang belum pernah berhadapan melawan petinju seperti Rocky Juarez. Lawan terahir Chris John, Hiroyuki dari Jepang memang tampil dengan gaya fighter dan membuat wajah Chris John babak belur dengan puluhan jahitan agar cepat sembuh. Hiroyuki memang tahan pukul, tetapi pukulannya tak sekeras pukulan Rocky Juarez yang pernah sukses di ring tinju Olympiade. Penampilan gaya bertinju Chris John selama ini memang tanpa pukulan keras yang dapat menjatuhkan lawan sewaktu-waktu dengan satu pukulan, itu pula yang membuatnya belum dilirik oleh promotor tinju Amerika. Namun dengan prestasi 10 kali mempertahankan gelar juara dunia kelas bulu WBA, membuatnya dilirik oleh promotor tinju dunia asal Amerika Serikat , Oscar De La Hoya. Chris John akan direpotkan oleh ulah Juarez yang terus mendekat sambil menunduk untuk bisa memukul Chris John yang lebih jangkung. Dengan perhitungan pasti bisa mengurung Chris John pada suatu momen tertentu, Juarez menyiapkan tenaga ekstra untuk merebut gelar juara dunia pada pertandingan kelima dalam kejuaraan dunia yang berlangsun g di kampung halamannya di Houston, Texas, Amerika Serikat, sebagai salah satu tempat terkenal dilangsungkan pertandingan tinju selama ini selain Atlantic City, New York, Las Vegas,Los Angeles.


MIKE TYSON


MIKE TYSON

Juara dunia tinju kelas berat termuda dalam sejarah tinju dunia, dengan banyak masalah, ahirnya dia kalah melawan dirinya sendiri


MIKE TYSON


MIKE TYSON

”Saya adalah manusia biasa yang punya perasaan”, kata Mike Tyson

Tetapi penampilannya yang buas seperti binatang kelaparan memangsa, membuatnya seperti tampak kejam dan sadis

Mike Tyson lahir di Broklyin, New York tanggal 30 Juni 1966 dan hidup liar sebagai anak gelandangan dijalanan kawasan Brownsville. Ayahnya meninggalkan keluarganya ketika dia masih dalam kandungan. Ketika berusia 10 tahun Tyson kecil sudah akrab dengan perkelahian untuk menjadi preman yang berpengaruh.Masuk perawatan anak-anak nakal berulang kali dan terahir dimasukkan ke Tryon School for Boys, dimana dia berada hingga usia 13 tahun. Salah seorang pengawas disana, Bobby Stewart melihat potensi yang ada pada tubuh Tyson yang begitu tegap dengan otot yang baik. memperkenalkannya kepada Cus D’Amato. Cus D’Amato adalah manager dan pelatih tinju yang melahirkan juara dunia seperti Flyod Patterson dan Jose Torres. Mike Tyson diserahkan kepada Cus D;Amato pada ulang tahunnya yang ke-14. D’Amato mempunyai anggota yang cukup baik untuk menyokongnya sebagai pelatih, yaitu Jim Jacobs dan Bill Cayton. Bersama kedua orang itulah Tyson diperkenalkan bagaimana tehnik dasar bertinju serta mereka menonton film pertandingan tinju. Usai menonton, mereka menganalisis penampilan setiap petinju dengan argumen masing-masing. Mereka kemudian mengambil kesimpuilan bahwa Tyson harus bisa tampil sebagai petinju dengan gaya fighter bahkan mendekati gaya slugger karena tubuh Tyson termasuk pendek dari semua petinju kelas berat yang ada. Tyson muncul di ring tinju amatir dengan kemenangan yang meyakinkan, akan tetapi ketika seleksi untuk persiapan tim Olympiade Seoul dia kalah dan terlalu lama untuk menunggu Olympiade berikutnya .Mike Tyson terjun ke ring tinju pro pada bulan Mei 1985 dalam pertandingan kecil yang diatur oleh Jacob dan Clayton. Semula pembina Tyson amat menjaga agar Tyson tidak tampil dalam acara televisi nasional, agar Tyson bisa tampil dengan penampilan luarbiasa jika disaksikan untuk pertama kalinya oleh publik.Dari 15 pertandingannya pada tahun 1985, 11 lawannya dipukul KO pada ronde pertama. Tahun 1986 dia memenangkan 13 pertandingan tanpa terkalahkan. Trevor Berbick jatuh bangun dihajarnya pada ronde pertama dan pada ronde kedua Berbick harus menyerahkan sabuk juara dunia tinju kelas berat versi WBC kepada Mike Tyson. Mike Tyson memecahkan rekor Floyd Patterson sebagai juara dunia tinju kelas berat termuda. Usia Mike Tyson ketika merebut gelar juara dunia tinju pada usia 20 tahun dan 145 hari. Dalam tempo 10 bulan kemudian setelah menjatuhkan Berbick, Tyson menyatukan semua gelar juara dunia dipinggangnya. James Douglas juara dunia tinju kelas berat versi WBA sudah takut duluan, dia terus merangkul Tyson agar pukulan Tyson tidak leluasa menghajarnya. Tony Tucker juara dunia tinju kelas berat versi IBF juga ketakutan melawan Tyson dan bermain safe dengan merangkul Tyson lebih banyak.

Mike Tyson memiliki otot yang kokoh, dari otot yang kokoh tetapi lentur itu bisa melahirkan pukulan yang amat cepat menyambar sasaran pada tubuh atau kepala lawannya. Dengan tubuh yang lebih pendek dari hampir semua petinju kelas berat dunia, kepala dan badannya naik turun dan bergerak kekiri dan kekanan agar tidak mudah dibidik oleh lawan. Pergerakan badannya kekiri dan kekanan juga sekaligus ancang-ancang untuk melepaskan hook kiri atau hook kanan. Gaya bertinju seperti ini adalah kreasi dari Cus D’Amato yang disebut dengan peek-a-boo Kekuatan pukulan Tyson bisa membuat lawnnya KO jika kena pada bagian apapun, baik kepala maupun badan lawannya. Ahirnya hampir semua petinju kelas berat dunia takut terhadap Mike Tyson.

Tetapi dikemudian hari setelah Cus D’Amato meninggal dunia, kehidupan Mike Tyson menjadi limbung, tidak terkontrol. Mike Tyson seperti kehilangan kendali hidup dan terjerumus dalam kehidupan yang tidak sesuai dengan tuntunan Cus D’Amato’ Sedikit demi sedikit kemampuan bertinjunya menurun seiring dengan tidak terfokus lagi latihannya.

Gaya bertinju Mike Tyson ahirnya bisa diatasi oleh Evander Holyfield dengan caranya sendiri. Kalau takut melawan Mike Tyson sudah pasti kehilangan separuh tenaga, kalau berani melawan Tyson secara frontal berarti Tyson kehilangan separuh tenaganya. Mike Tyson menggempur Evander Holyfield dalam pertandingan pertama kereka di Las Vegas, tanggal9 Nopember 1996. Holyfield menahan serangan Tyson dengan membangun double-cover. Berkali-kali pada ronde pertama dan kedua pukulan Tyson tidak berhasil menembus pertahanan Holyfield dan Holyfield tenang-tenang saja seperti tak gentar. Ahirnya Mike Tyson frustrasi, tidak bisa berbuat banyak, sebaliknya Holyfield bertambah tinggi mentalnya. Holyfield membangun serangan beruntun terhadap Tyson, pukulan Holyfield beberapa mengena. Tyson tambah frustrasi karena tida dapat berbuat apa-apa, pukulannya tak mengena, pertahanannya dijebol oleh Holyfield. Kebetulan bertarung jarak dekat dan kepala Holyfield menempel di bahu Tyson, Tyson menggigit kuping Holyfield hingga berdarah. Yang terlihat kuat dan kokoh ternyata tak sekuat yang diduga oleh banyak orang. Orang yang kuat, petinju yang kuatnya luarbiasa, ternyata memiliki kelemahan yang luarbiasa juga. Bayangkan, hanya dengan menahan 10 pukulan keras Mike Tyson, Holyfield bisa mengalahkan Tyson. Dengan menahan pukulan Tyson, mental bertanding Tyson menurun tajam, sekaligus tenaganya juga anjlok tajam. Ternyata dalam dunia tinju erat hubungannya antara takut atau kesal dengan tenaga. Kalau kita takut, tenaga akan hilang, kalau kita kesal juga bisa membuat hilang konsentrasi dan sekaligus juga hilang tenaga.

Rocky Marciano


ROCCO FRANCIS MARCHEGIANO
b. September 1, 1923
d. August 31, 1969

WON
49

LOST
0

DRAWS
0

KO'S
43


Rocky Marciano

Rocky Marciano adalah salah satu juara dunia tinju terbesar , dia tak terkalahkan selama karir bertinjunya, kata Sonny Liston

Lahir tanggal 1 September 1923 di Brockton, Massachuset, dengan nama Rocco Marchegiano, dari perkawinan sepasang turunan Italia yang melarat yang menetap di Brockton. Ayahnya, Pasquale adalah pekerja pada pabrik sepatu, sedangkan Rocco ketika dinas militer sempat berlatih tinju. Tak seorangpun yang mengirqa bahwa Rocco bisa jadi petinju handal, karena ukuran tubuhnya yang pendek untuk kelas berat. Rocco lebih suka bermain baseball dengan lemparannya tangan kanannya yangcepat dan tajam. Selama menjalankan dinas militernya di Inggris, Allie Colombo, teman Rocco melihat bakat bertinjunya amat baik, Terutama pukulan kanan Rocco yang kemudian bernama Rocky Maciano amat istimewa.

Al Weill, manager tinju New York mencari pelatih kenamaan waktu itu, Charley Goldman.yang memiliki karir bertinju sebanyak 300 ronde di kelas bantam. Goldman melihat bakat luarbiasa dari Rocco dan mereka berlatih dibawa pengawasan Goldman. Marciano berlatih mengarahkan keistimewaan yang dimilikinya lewat pukulan tangan kanannya yang bisa memukul dengan lurus (straight) dan mengkait (hook) dengan kecepatan dan kekuatan yang luarbiasa.

Karir tinju pro Marciano pada tahun pertama yaitu tahun 1948 sudah membukuan 11 kemenangan yang mencengangkan. 8 lawan-lawannya dipukul KO pada ronde pertama dari 11 kali bertanding, Pada tahun kedua yaitu tahun 1949, Marciano tak terkalahkan dari 13 kali bertanding dan 11 diantaranya dengan kemenangan KO. Setiap gedung tempat Rocky Marciano bertanding senantiasa penuh dan bayarannyapun naik secara pasti.Titik awal sukses luarbiasa Marciano adlah ketika melawan Rolan LaStarza di Madison Squre Garden, New York, yang ditonton oleh 13.658 penonton. Melalui pertandingan eliminasi melawan Lee Savold dan Harry Mathews, ahirnya Rocky Marciano berkesempatan untuk menantang juara dunia Jersey Joe Walcott. Jersey Joe Walcot sudah cukup tua waktu itu ketika merebut gelar juara dunia tinju kelas berat. Pertandingan Marciano-Walcott pada tanggal 23 September di Philadelphia semula sempat mencemaskan kubu Marciano. Pada ronde pertama Rocky Marciano sempat terjatuh dipukul oleh Walcott dan kalah angka hingga ronde ke-12. Pada ronde ke-13, hook kanan Mariano menghantam rahang Walcott. Jersey Joe Walcott tidak dapat bangkit setelah tersungkur dilantai ring. Jersey Joe Walcott masih yakin bisa mengalahkan Marciano dan minta pertandingan ulang. Kembali pukulan kanan keras menghantam kepala Walcott pada ronde pertama dan tak dapat bangkit lagi.

Rocky Marciano tak terkalahkan selama karir bertinjunya, bertanding sebanyak 49 kali, menang 49 kali, tidak ada seri, apalagi kalah. Rocky Marciano meninggal dunia pada tanggal 31 Agustus 1969, setelah pesawat terbang Cessna yang membawanya jatuh di Des Moines.

Kejuaraan tinju dunia kelas berat yang dilakukan oleh Rocky Marciano melawan;

Jersey Joe Walcott, Philadelphia, 23 Sept,1952, menang KO ronde ke-13

Jersey Joe Walcott, Chicago, 19 Mei 1953, menang KO ronde ke-1

Roland LaStarza, New York, 15 Mei 1963, menang TKO ronde ke-11

Ezzard Charles, New York, 17 Juni 1954, menang angka

Ezzard Charles, New York, 17 Sept. 1854, menang KO ronde ke-8

Don Cockell, New York, 16 Sept, 1955, menang TKO ronde ke-9

Archi Moore, New York, 21 September 1955, menang KO ronde ke-9

Sugar Ray Robinson


SUGAR RAY ROBINSON

Master ring tinju yang menjadi inspirasi bagi banyak petinju sesudahnya, dia memiliki langkah yang amat lincah, memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Muhammad Ali dan Sugar Ray Leonard termasul yang mengidolakannya.

SUGAR RAY ROBINSON


Setiap sentimeter ring tinju yang berukuran 4 persegi dikalikan 610 sentimeter seperti dihafalnya dititik mana dia sedang berada berhadapan dengan lawannya. Disalah satu sudut tertentu dia memojokkan lawannya sehingga tak dapat menghindar dari serangan jitu yang dirancangnya.

Terlahir dengan nama Walker Smith di Detroit pada tanggal 3 Mei 1921, dia mencoba mendaftar untuk ikut pertandingan tinju amatir tetapi sudah terlambat. Ahirnya dia meminjam kartu petinju lainnya yang sudah terdaftar, ahirnya dia bertanding dengan nama Ray Robinson. Robinson ikut dalam turnamen tinju amatir Golden Gloves dan menjuarai kelas bulu. Bertanding di ring tinju amatir sebanyak 85 kali dan menang KO sebanyak 69 kali dan 40 diantaranya menang KO pada ronde pertama.

Bertinju dengan langkah yang amat lincah sehingga sulit untuk dikejar dengan pukulan, dengan kata lain sulit untuk memukulnya. Terus berupaya untuk menjauh dari lawan, tetapi jika dia hendak menyerang, jarak pukul yang diinginkannya dapat dicapainya dengan segera. Mendekat lalu lepaskan pukulan kearah lawan dan kena. Atau dekati lawan, lawan menyerangnya, saat lawan memukulnya, dia juga melepaskan pukulan dalam waktu yang bersamaan. Tetapi pukulannya yang sampai terlebih dahulu, pukulan lawan terganjal dan tak pernah sampai. Karena posisi lawan bergerak membawa ayunan pukulan kearahnya, maka ketika lawan dipukul oleh Robinson kekuatan pukulan Robinson bertambah kuat. Yaitu dua kali lipat dari pada pukulannya sendiri. Dalam beberapa pertandingan, Robinson begitu anggap enteng terhadap lawannya. Dia tidak berlatih serius karena kelincahan dan kecepatannya menjadi andalan utamanya. Tetapi semua kelincahan, kecepatan akan sirna dikala stamina atau tenaga tidak tersedia dengan cukup. Biasanya setelah kalah Robinson meminta pertarungan ulang, semua alat latihan yang dipergunakannya, seperti sand-bag, punching-ball, speed-ball, bahkan punching-pad dilukisnya dengan gambaran calon lawannya. Setiap latihannya menjelang tanding ulang pasti dilakukannya denga semangat yang tinggi. Dan memang dia menang karena memang dia memiliki tehnis bertinju yang tinggi dan indah. Disebut indah, karena dia seperti menari diatas ring mengitari lawannya, pukulan yang cepat sekali seperti tak terlihat oleh lawan sehingga tak sempat dihindarkan. Memukul dengan kecepatan tinggi seperti memukul tanpa emosi atau rasa dendam untuk merobohkan lawan. Tetapi pukulan itu kemudian dapat menjatuhkan lawan secara pasti, itulah indahnya penampilan Ray Robinson yang kemudian mendapat tambahan nama menjadi Sugar Ray Robinson karena keindahannya dalam bertinju. Bertinju selama 25 tahun sebanyak 202 kali dengan kemenangan 175 kali, kalah 19 kali, seri 6 mkali dan 2 kali no contest.

Terjun menjadi petinju pro pada tahun 1940 dan memenangkan 40 pertandingan awalnya dengan sekali kekalahannya melawan Jack LaMotta dan kemudian tidak terkalahkan pada 91 pertandingan berikutnya. Dia menjuara kelas welter dunia pada tahun 1946 dan menjadi juara dunia kelas menengah pada tahun 1951. Prestasinya membuatnya tidak hanya tampil di ring tinju, tetapi sebagai mega-bintang iklan ditelevisi membuatnya amat terkenal pada waktu itu. Dia memiliki mobil Cadillac berwarna merah muda, tukang pangkas, tukang pijat, tukang semir sendiri.

JOE LOUIS

”The Brown Bomber” Joe Louis

Ibunya memberi uang untuk les biola, tetapi Joe Louis memakai uang untuk berlatih tinju


JOE LOUIS

Terpaksa bertinju lagi untuk membayar pajak, diahir hayatnya menjadi penerima tamu di Kasino Cesar Palace

Hidup pada jamannya masih penuh dengan perbedaan sosial antara kulit hitam dan putih, kulit hitam senantiasa mendapat tempat yang paling buruk disana karena mereka adalah keturunan budak yang didatangkan dari Afrika. Joe Louis melalui olahraga tinju mencoba berjuang untuk menghilangkan perbedaan itu dengan menjadi petinju handal dengan prestasi yang luarbiasa. Joe Louis juga ikut menjadi tentara dalan perang dunia kedua melawan Jerman yang dipimpin oleh Adolf Hitler.

Joe Louis memiliki pukulan yang keras dari kedua tangannya, pukulan kanan melalui pukulan lurus dan tangan kiri melahirkan pukulan pendek yang tajam dan keras. Ketenangannya mengghadapi lawan menjadi modal yang amat baik bagi dirinya. Seperti tak berniat memukul lawan hingga roboh, tetapi puikulannya menghunjam membuat lawan tersungkur KO. Inspirasi Joe Louis untuk menjadi petinju hebat adalah petinju kulit hitam pertama yang menjadi juara dunia, Jack Johnson. Persaingan untuk menjadi yang terbaik ada di ring tinju, seseorang bisa menjadi apapun di ring tinju ketika itu. Sedan gkan untuk menjadi terhormat dibidang lain amat tidak memungkinkan karena perbedaan ras. Diluar kebiasaan para petinju terkenal lainnya, Joe Louis menunjuk John Roxborough sebagai menejernya. John yang juga berkulit hitam adalah bandar judi yang menunjuk Jack Blackburn sebagai pelatih Joe Louis. Joe Louis merebut gelar juara dunia tinju kelas berat setelah mengalahkan James.J. Braddock dengan KO pada ronde ke-5 di Chicago pada tanggal\22 Juni 1937. Joe Louis dapat mempertahankan gelarnya sebanyak 25 kali.

Joe Louis pensiun sebagai petinju pada tahun 1949 sebagai juara tak terkalahkan. Tetapi karena punya hutang yang cukup besar dari perhitungan pajak, dia kemudian harus bertinju lagi. Dia kalah melawan Ezzard Charles di New York pada tanggal 27 September 1950 dan dipukul KO oleh Rocky Marciano pada tahun 1951. Uangnya habis tak menentu, membuatnya terhutang pajak penghasilan dari beberapa pertandingannya. Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy atas nama pemerintah menghapuskan hutang pajak Joe Louis karena jasanya yang amat besar buat bangsa Amerika sebagai seorang petinju dan juga sebagai seorang tentara pada masa perang dunia kedua. Joe Louis meninggal 12 April 1981 di Las Vegas dan dimakamkan di pemakaman nasional Arlington, Washington sebagai pahlawan.

Joe Louis, lahir 13 Mei 1914 di Lafayette, Alabama. Bertanding sebanyak 66 kali, 63 kali menang, 3 kali kalah.

Kejuaraan dunia yang pernah diikuti oleh Joe Louis melawan;

J.J. Braddock, Chicago, 22 Juni 1937, menang KO ronde ke-8

Tommy Far, New York, 30 Agustus 1937, menang angka

Nathan Mann, New York, 23 Pebruari 1938, menang KO ronde ke-3

Harry Thomas, Chicago, 1 April 1938, menang KO ronde ke-5

Max Schmeling, New Yor, 22 Juni 1938, menang KO ronde ke-1

J.H. Lewis, New York, 25 Januari 1939, menang KO ronde ke-1

Jack Ropper, 17 April 1030, menang KO ronde ke-1

Tony Galento, 28 Juni 1939, menang TKO ronde ke4

Bob Pastor, Detroit, 20 September 1939, menang KO ronde ke-11

Arturo Godoy, 9 Pebruari `940, menang TKO ronde ke-8

Al McCoy, 16 Desember 1940, Boston, menang TKO ronde ke-6

Red Burman, 31 Januari 1931, New York, Menang KO ronde ke-5

Gus Dorazio, 31 Januari 1941, menang KO ronde ke-2

Abe Simon, Detroit, 21 Maret 1941, menang TKO ronde ke-13

Tony Musto, St. Louis, 8 April 1941, menang TKO ronde ke-9

Buddy Bear, Washington, 23 Mei 1941, menang disk ronde ke-7

Billy Con, New York, 18 Juni 1941, menang KO ronde ke-13

Lou Nova, 29 September 1941, New York, menang TKO ronde ke-6

Buddy Bear, 9 Januari 1942, New York, menang KO ronde ke-1

Abe Simon, 27 Maret 1042, menang KO ronde ke-6

Billy Conn, 19 Juni 1946, New York, menang KO ronde ke-6

Tami Mauriello, New York, 18 sept., menang KO ronde ke-1

Jersey Joe Walcott, New York, 5 Desember 1947, menang angka

Jersey Joe Walcott, 25 Juni 1948, menangKO ronde ke-11

Ezzard Charles, New York, 27 Sept. 1950, kalah angka

Sugar Ray Leonard


“Sugar” Ray Leonard

Leonard memiliki ego yang tinggi, tetapi dia memiliki keterampilan dalam bertanding. Dia adalah juara dunia pada lima kelas yang berbeda dari kelas welter hingga kelas berat-junior. Dia pernah mengalahkan petinju handal seperti Marvin Hagler, Roberto Duran, dan Thomas Hearns, sehingga dia termasuk mendapat status menjadi legenda tinju dunia.

SUGAR RAY LEONARD

Egoisme yang tinggi membuatnya jenius di atas ring, tetapi tanpa egonya yang tinggi kejeniusannya takkan pernah bersinar

Bakat alaminya memang sudah terlihat dari rekaman prestasinya dari awal, dia sudah memenangkan 145 dari 150 pertandingan amatirnya dan puncaknya adalah ketika dia merebut medali emas kelas welter-ringan pada Olympiade Montreal 1976. Ray Leonard tahu cara bagaimana memasarkan dirinya dalam kancah pertinjuan internasional. Dia sengaja menempelkan foto putranya pada sepatunya ketika bertanding untuk menarik perhatian publik. Dengan modal medali emas Olympiade Montreal dia membuat kalkulasi yang matang untuk terjun ke ring tinju bayaran. Ray Leonard merekrut pengacara Mike Trainer untuk menangani bisnis tinju yang akan digelutinya. Kemudian mendirikan perusahaan Sugar Ray Leonard Inc. dan merekrut Angelo Dundee menjadi pelatihnya. Dundee piawai dalam membuat jadwal latihan, jadwal persiapan dan memilih lawan. Sudah terlalu banyak petinju yang dieksploitasi tanpa mendapatkan penghasilan yang telah dibuat. Leonard tidak mau masuk dalam daftar petinju yang ditipu oleh para manager, promotor, sponsor. Dengan modal medali emas Olympiade Montreal serta masa depan yang baik, Leonard mengikat kontrak dengan hati-hati untuk setiap pertandingan dan iklan yang memakai namanya. Sehingga dia sudah mendapatkan penghasilan sebesar 2 juta dollar sebelum menjadi juara dunia tinju.

Sugar Ray Leonard berkiprah bersamaan waktunya dengan petinju yang beken lainnya seperti Marvin Hagler, Thomas Hearns, dan Roberto Duran.Sehingga ke-empat petinju itu saling bertanding satu sama lainnya bahkan bertanding lebih dari sekali untuk mencari pemenang sejati. Sugar Ray Leonard sering meniru gerakan Muhammad Ali ketika bertanding, terutama dalam gerakan langkah kaki serta intimidasi melalui memutar-mutar tangan seperti kipas angin. Leonard yang bertinju di kelas welter hingga kelas berat-ringan sudah pasti tidak akan bisa seperti Muhammad Ali yang memiliki berat badan di kelas berat atau lebih dari 81 kilogram. Beda berat badan dan sudah pasti beda lincah walau kedua-duanya termasuk paling lincah dikelasnya. Debut tinju pro ditekuninya mulai bulan Pebruari 1977 dan merebut gelar juara dunia kelas welter WBC pada Nopember 1979 dengan kemenangan TKO pada ronde ke-15. Pertandingan Leonard yang paling mendapat pujian adalah ketika bertanding melawan Roberto Duran bulan juni 1980 di Montreal, Kanada. Pertandingan yang berlangsung sepanjang 15 ronde itu seperti tidak ada rasa lelah yang dirasakan oleh kedua petinju. Begitu gong berdentang kedua petinju saling mengejar dan saling memukul, begitu gong berbunyi untuk berhenti istirahat, kedua petinju lari ke pojok masing-masing untuk istirahat. Hasilnya, Leonard kalah angka. Leonard tak puas atas kekalahannya, dia mau pertandingan ulang. Bermental juara sejati, Leonard menebus kekalahannya karena Duran tak mau melanjutkan pertandingan pada ronde ke-8. Kekalahan Duran lebih disebabkan oleh persiapannya yang kurang matang akibat mabuk kemenangan. Sebaliknya Leonard yang kalah, terus berlatih agar lebih siap dari lawan. Juara dunia kelas menengah-ringan WBA direbut oleh Leonard setelah mengalahkan Ayub Kalule dengan KO pada ronde ke-9 di Houston, Texas pada tanggal 25 Juni 1981. Leonard harus bertanding melawan Thomas Hearns untuk memperebutkan juara dunia kelas welter sejati pada tanggal 16 September 1981. Hingga ronde ke-13 Leonard masih kalah dalam pengumpulan angka. Ronde ke-14 Leonard dengan mental bajanya membuat spekulasi, dia menahan pukulan maut straight kanan Hearns, Hearns kehilangan percaya diri bahwa pukulan mautnya tidak membuat Leonard terjatuh. Dalam kondisi terperangah tersebut Leonard menggempur Hearns dengan serangan beruntun sehingga separuh badan Hearns keluar tali ring. Wasit langsung menghentikan pertandingan dan memenangkan Leonard. Hearns tidak dapat meuntaskan dendamnya, walau mereka kemudian bertanding di kelas menengah-super WBC dengan hasil seri pada tangggal12 Juni 1989. Usai bertanding melawan Thomas Hearns tanggal 16 September 1981, Leonard berencana untuk mundur dari ring tinju karena retina matanya tersobek. Sugar Ray Leonard membuat sensasi ketika mengalahkan Marvin Hagler pada tanggal 6 April 1987, Leonard yang lama istirahat dan bertanding dikelas menengah WBC. Marvin Hagler sejak kekalahannya dari Leonard tidak pernah lagi muncul diatas ring untuk bertanding.

Sugar Ray Leonard 40 kali bertanding dengan kemenangan sebanyak 36 kali dan kalah 3 kali serta sekali seri, dan inilah daftar pertandingan kejuaraan yang pernah dilakukan oleh Sugar Ray Leonard;

30 Nopember 1979, Welter WBC, lawan Benitez, menang TKO ronde 15

31 Maret 1980, lawan Dave Green, menang KO ronde ke-4

20 Juni 1980, lawan Roberto Duran, kalah angka

25 Nopember 1980, lawan Roberto Duran, menang TKO ronde ke-8

28 Maret 1981, Lrry Bonds, menang TKO ronde ke-10

25 Juni 1981, Ayub Kalule, Menengah WBA, menabng KO ronde ke-9

16 September 1981, lawan Thomas Hearns, menang TKO ronde ke-14

15 Pebruari 1982, lawan Bruce Finch, menang KO ronde ke-3

6 April 1987, lawan Marvin Hagler, Menengah WBC, menang angka

7 Nopember 1988, Lalonde, Berat-ringan WBC, menang TKO rd ke-9

7 Desember 1989, Duran, Menengah-super WBC, menang angka

9 Pebruari 1991, Terry Norris, Menengah-ringan WBC, kalah angka

Muhammad Ali


Muhammad Ali

Kombinasi kekuatan otot dan otak. kelincahan, serta hiburan

Kata Pengantar

Olahraga tinju menjadi perhatian besar masyarakat manakala lahir petinju dengan prestasi yang luarbiasa. Ada ratusan petinju yang telah menjadi juara dunia, termasuk beberapa dari Indonesia, tetapi hanya sedikit yang menjadi perhatian masyarakat. Kehebatan seorang petinju dapat digambarkan seperti tak ada petinju lain lain yang menyamainya, atau dia bisa mengadaptasi dan mengimbangi penampilan seorang petinju termasyhur pada masa lalu dengan baik. Tetapi walau bagaimanapun, memang tidak ada duplikat yang persis lahir pada waktu yang bebeda. Karena Tuhan menciptakan manusia dengan jumlah miliaran syaraf, pasti ada perbedaan diantaranya seperti sidik jari manusia yang tidak ada yang sama.

Majalah The Legend of Boxing pada edisi ini mengulas tentang beberapa petinju legendaris dunia, diantaranya Muhammad Ali, Joe Luois, Sugar Ray Robinson, dan Mike Tyson. Gaya bertinju dari Muhammad Ali memang ada miripnya dengan Sugar Ray Robinson dan Sugar Ray Leonard, tetapi karena Muhammad Ali bertanding di kelas berat, pasti pembawaan Ali tidak bisa seenteng penampilan Sugar Ray Robinson atau Sugar Ray Leonard. Tetapi yang paling bisa amat mirip adalah penampilan Sugar Ray Robinson dengan Sugar Ray Leonard, karena mereka bertanding di kelas yang sama. Ray Robinson menamatkan karir tinju amatirnya di turnamen Golden Gloves, sedangkan Ray Leonard menjuarai Olympiade. Kedua petinju ini memiliki rasa percaya yang tinggi, egonya juga tinggi. Tetapi mereka bertinju pada waktu yang berbeda dengan perubahan tehnis bertinju secara alami. Namun, yang pasti gaya bertinju mereka mirip.

Demikian juga tulisan tentang Rocky Marciano dan Mike Tyson, gaya bertanding mereka ada persamaannya, yaitu sebagai petinju dengan gaya fighter sejati dengan mengandalkan pukulan pendek. Keduanya termasuk petinju yang pendek untuk ukuran kelas berat, Tetapi karena mereka memiliki pukulan yang keras dan cepat dan dapat merobohkan lawan dalam sekejap menjadikan mereka istimewa dan ahirnya menjadi legenda

Dalam pertinjuuan nasional, kali ini kami mengajak pembaca untuk kembali pada dekade 70-an, disaat dunia tinju amatir kita prestasinya menjulang di Asia. Sedangkan tinju profesional Indonesia baru bangkit pada dekade 80-an disaat Ellyas Pical tampil sebagai juara dunia. Kami mengulas perjuangan petinju amatir pada dekade 70-an untuk menjadi pelajaran bagi petinju amatir kita masa kini. Sama seperti semua petinju legendaris dunia lainnya, prestasi mereka semuanya diawali dari ring tinju amatir. Selamat membaca.

Muhammad Ali

Melangkah bagai kupu-kupu, memukul menyengat seperti lebah

Pertandingan tinju biasanya menyuguhkan perkelahian yang keras dengan saling memukul untuk merobohkan lawannya secepat mungkin. Wajah keras dengan otot kekar mengkilap melontarkan ayunan pukulan dengan sekuat tenaga. Tetapi olahraga tinju yang lahir dari petinju Muhammad Ali sangat berbeda dengan petinju lainnya Gerakan bertanding menjadi indah dengan langkah yang ringan berkelit menghindar, melangkah enteng maju menyerang mendekati lawan. Tinjunya yang cepat meluncur menuju sasaran seperti tidak dengan dorongan emosi untuk merobohkan lawan. ”Catch me if you can “, jangkaulah aku dengan pukulanmu kalau kau bisa menyentuhku, kata Ali. Dengan langkahnya yang lincah Ali mundur berkelit menghindarkan pukulan lawannya atau kemudian Ali berkelit dengan menggerakkan badannya menghindarkan pukulan lawan. Pukulan lawan tak mengena, Ali langsung melepaskan pukulan balasan dengan cepat dan kena.

Muhammad Ali lahir 17 Januari 1942 di Luisville, Kentucky, Amerika Serikat dengan nama Cassius Clay, setelah memeluk agama Islam dia merubah namanya menjadi Muhammad Ali. Sama dengan para juara dunia yang sukses, Ali merampungkan karir tinju amatirnya dengan sempurna, dia merebut medali emas kelas berat-ringan (81 Kg) pada Olympiade Roma tahun 1960. Cassius Clay membuang medali emasnya kesungai karena dia mengalami keadaan yang masih membedakan pelayanan untuk kulit hitam dan lebih istimewa untuk kulit putih. Medali emas itu kemudian diganti oleh Komite Olympiade Internasional pada Olympiade 1996 yang ketika itu juga Ali menjadi pembawa obor Olympiade. Ali terjun ke ring tinju profesional mengikat kontrak dengan konsorsium pengusaha Kentucky, maka mulailah karir tinju prof Muhammad Ali dibawah asuhan pelatih bertangan dingin, Angelo Dundee.

Setelah delapan kali bertanding dengan kemenangan yang begitu meyakinkan, Ali mulai dipromosikan untuk menjadi juara dunia tinju kelas berat. Hanya Dough Jones yang bisa menahan Ali untuk bertanding 10 ronde. Melawan Henry Cooper di Wemble, London, Ali sempat dipukul jatuh oleh Cooper pada ronde ke-4 dengan hook kiri. Ronde ke-5, Ali memukul mata kiri Cooper hingga terluka dan dihentikan oleh wasit. Ali kemudian menunggu pertandingan kejuaraan tinju dunia antar Flyod Patterson lawan Sonny Liston. Patterson hanya tidak dapat menahan serangan Liston yang pukulannya amat keras dan harus menyerah pada ronde pertama. Sonny Liston adalah sosok petinju yang memiliki pukulan maut, petinju ini acap memangsa lawannya dengan kemenangan KO. Menghadapi Sonny Liston di Miami Beach, Florida, tanggal 25 Pebruari 1964 Muhammad Ali sebelum bertanding menyerang Liston dengan kata-kata untuk membuat Liston marah. Ketika pertandingan dimulai, Ali senantiasa menjauh dari Liston agar tidak mudah dijangkau oleh pukulan hook kiri dan kanan Liston yang amat berbahaya. Ali melepaskan pukulannya yang amat cepat, pukulan lurus Ali itu menyambar kepala dan badan serta bahu Liston. Pada ronde ke-7, Liston tidak mau bangkit dari sudutnya, Liston menyerah karena tidak bisa mengangkat tangan kirinya lagi akibat terus dipukul oleh Ali. Liston tidak puas dengan kekalahannya itu dan ingin tanding ulang. Keinginan Liston yang berjulukan ”beruang” dilayani oleh Ali pada tanggal 25 Mei 1965 di Lewiston. Muhammad Li memukul KO Sonny Liston pada ronde pertama.

Lawan Muhammad Ali yang paling tangguh selama kariri bertinjunya adalah Joe Frazier, Ali kalah angka dan sempat terjungkal akibat pukulan hook kiri Joe Frazier di New York tahun 1971. Joe Frazier bertanding lagi dengan Muhammad Ali tahun 1975 di Manila, persaingan kedua petinju untuk menang begitu ketat. Ali masih tampil dengan gaya bertinjunya yang flamboyan, mengandalkan kelincahan dan kecepatan serta ketepatan memukul. Pertandingan yang direncanakan berlangsung selama 15 ronde itu harus berhenti pada ronde ke-14 karena Joe Fraizer menyerah. Wajah Joe Frazier babak belur, staminanya terkuras, sehingga amat berbahaya jika dirteruskan. Ali juga kelihatan kelelahan, akan tetapi karena disokong oleh gerakan kaki yang masih lincah membuat dirinya tidak mudah dipukul oleh Joe Frazier. Partai pertandingan Muhammad Ali yang paling menegangkan adalah ketika berhadapan melawan George Foreman pada tahun 1974 di Kinshasa, Zaire. Menegangkan bagi Ali sudah pasti, tetapi amat menengangkan juga bagi anggota tim Ali, seperti pelatih Angelo Dundee dan manager Bundini. Perhitungannya pada waktu itu, Foreman memiliki pukulan yang amat keras dan kuat, Joe Frazier dipukul KO oleh Foreman sempat terangkat dan kemudian terhempas KO. Perhitungan dikalangan pertinjuan seperti menanti pada ronde keberapa Ali akan KO dipukul oleh Foreman yang lebih muda dan lebih kuat. Tidak ada yang memprediksi tehnik bertinju Muhammad Ali akan berubah, Ali akan bergerak lincah menghindar. Bisakah Ali mundur terus tanpa dapat terjebak oleh kurungan serangan Foreman. Semua pengamat tinju terhenyak dan tak percaya, Ali tidak tampil lincah, Ali tak melepaskan pukulan menyengatnya. Ali tersandar di tali ring dalam posisi bertahan membangun pertahanan double-cover untuk menahan serangan Foreman. Melihat Ali bertahan dan sesekali menunduk membuat Foreman bertambah semangat karena mengira Ali sudah takut duluan. Foreman mendorong Ali ke tali ring, Ali tersandar dan menerima pukulan hook kiri dan kanan Foreman pada bagian kepala dan badan. Tetapi sesekali Ali melepaskan serangan balasan agar terlihat oleh wasit bahwa dia masih kuat. Seperti tak ada perhitungan tenaga, Foreman terus menghujani Ali dengan pukulan hook kiri dan kanan. Dipenghujung ronde ke-7 Ali mencoba untuk mengetahi kekuatan tenaga Foreman dengan mengadakan serangan sporadis, ternyata tenaga Foreman sudah habis. Ronde ke-8 Ali membangun serangan beruntun, upper-cut kiri Ali mengangkat dagu Foreman yang tertunduk, setelah kepala Foreman terangkat, pukulan kanan Ali menghantam rahang kiri Foreman dan tak bangkit hingga hitungan 10. Keceradasan lawan kekuatan, kecerdasan yang menang. Ali menguras terlebih dahulu tenaga Foreman, setelah tenaga lawan tak ada, adakan serangan secepat dan sekuat mungkin.

Muhammad Ali hingga kini tetap menjadi legenda tinju dunia, bahkan legenda atlet dunia dengan segudang prestasi yang belum bisa dilakukan oleh petinju sesudahnya.Bertanding sebanyak 61 kali, menang 56 kali dan kalah 5 kali. Muhamad Ali diserang oleh penyakit parkinson sampai saat ini. Menurut para petinju dan pengamat tinju, pertandingan Ali terahir melawan Larry Holmes amat dipaksakan oleh Don King. Don King masih ingin mengeruk uang dari Ali yang sudah berusia 38 tahun dan tidak pantas berhadapan lawan Larry Holmes yang masih muda dan bekas sparring-partner Ali. Pertandingan Ali vs Holmes itu pula yang menjadi pemicu serangan penyakit parkinson yang kini diderita oleh Muhammad Ali

Daftar pertandingan kejuaraan dunia kelas berat yang dilakoni oleh Ali:

25 Pebruari 1964, lawan Sonny Liston, menang TKO ronde ke-7

15 Mei 1965, lawan Sonny Liston, menang KO ronde ke-1

22 Nopember 1965, lawan Floyd Patterson, menang TKO ronde ke-12

29 Maret 1966 lawaqn George Chuvalo, menang angka 15 ronde

21 Mei 1966, lawan Henry Cooper, menang THO ronde ke-6

6 Agustus 1966 lawan Brian London, menang KO ronde ke-3

10 September 1966, lawan Karl Mildenberger, menang TKO

14 Nopember 1966, lawan C. Williams, menang TKO ronde ke-3

6 Pebruair 19667lawan Erni Terrel, menang angka

22 Maret 1967 lawan Zora Folley, menang KO ronde ke-7

9 Maret 1971 lawan Joe Frazier, kalah angka

30 Oktober 1974, lawan George Foreman, menang KO ronde ke-8

24 Maret 1975, lawan Chuck Wepner, menang TKO ronde 15

16 Mei 1975, lawan Ron Lyle, menang TKO ronde ke-11

1 Juli 1975, lawan Joe Bugner, menang angka

1 Oktober 1975, lawn Joe Frazier, menang TKO ronde ke-15

20 Pebruari 1976, lawan J.P. Coopman, menang KO ronde ke-5

30 April 1976, lawan Jimmy Young, menang angka

24 Mei 1976, lawan Richard Dunn, menang THO ronde ke-5

28 September 1976 lawan Ken Norton, menang angka

16 Mei 1977, lawan Evangelistra, menang angka

29 September 1977, lawan Ernie Shavers, menang angka

15 Pebruari 1978, lawan Leon Spinks, kalah angka

15 september 1978, lawan Leon Spinks, menang angka

2 Oktober 1980, lawan Larry Holmes, kalah TKO rd ke-11